Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, atau lengkapnya Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI Ahmad Yani, menempati tanah sudut di Jl Lembang 58 dan Jl Laruharhari 65, Menteng, Jakarta Pusat. Sebelumnya saya pernah akan mampir. Namun karena tampak sepi, tidak terlihat ada petugas dan pagarnya tertutup, saya pun batal untuk masuk.
Rupanya pagar memang selalu tertutup, dan pos petugas berada di sisi lain, sehingga pengunjung tidak perlu ragu untuk membuka pagar museum, dari Selasa s/d Minggu, 08:00 – 14:00.
Sebuah mobil sedan merk Chevrolet berwarna biru yang digunakan Ahmad Yani semasa hidupnya. Mobil ini diletakkan pada ruangan samping pintu masuk belakang Museum Sasmita Loka Ahmad Yani.
Ada beberapa mahasiswa kebetulan datang bersamaan ke Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, sehingga suasana museum agak hidup. Setelah mengisi buku tamu, kami pun masuk melalui pintu belakang, jalur masuk Pasukan Cakrabirawa ketika datang menyatroni rumah ini, pada pagi 1 Oktober 1965.
Foto-foto di bagian belakang rumah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani , diantaranya adalah rekonstruksi penembakan dan penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa terhadap LetJen Ahmad Yani yang ketika itu menjabat sebagai Menpangad (Menteri / Panglima Angkatan Darat). Jabatan ini kemudian diduduki Mayjen Soeharto pada 14 Oktober 1965.
Ahmad Yani dikenal selalu berseberangan dengan PKI. Ia menolak keras keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima, dalih PKI untuk mempersenjatai buruh dan tani. Karenanya ia menjadi salah satu target utama PKI dalam G30S (Gerakan Tiga Puluh September).
Koleksi foto di lorong menuju pintu masuk ke ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani. Diantaranya foto pengangkatan jenazah para Pahlawan Revolusi oleh KKO (Marinir) pada 4 Oktober 1965, upacara pemakaman pada 5 Oktober 1965, foto-foto keluarga, penyerahan Kota Magelang pada 1949 dari Belanda diwakili Letkol van Santen kepada Letkol Ahmad Yani, dan foto-foto karier militer Ahmad Yani lainnya.
Pintu masuk ke ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yaniyang kacanya berlubang akibat ditembus peluru. Pasukan Cakrabirawa masuk melalui lorong ini setelah terlebih dahulu memutus kabel telepon.
Kronologi peristiwa penembakan Letjen Ahmad Yani bisa dibaca diBlog Ezra . Ezra pula yang menganjurkan saya untuk mengunjungi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani ini.
Kondisi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani terlihat dijaga dan dirawat dengan baik. Di bagian kiri ruang makan yang menyerupai bar ada kutipan kata-kata Ahmad Yani berbunyi “Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila”.
Pintu terbuka pada foto adalah pintu kamar tidur Ahmad Yani. Di dalamnya disimpan memorabilia, senjata otomatis Thompson Cakrabirawa yang menewaskannya, lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal 7,62 buatan Cekoslovakia yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh PKI lainnya. Di sudut atas ruang tidur ada bekas sambaran halilintar seolah menjadi pertanda bagi Ibu A. Yani.
Dalam ruang tidur juga disimpan replika pakaian tidur lengan pendek yang digunakan Ibu A. Yani untuk membersihkan lantai dari lumuran darah suaminya, gaji terakhir bulan Obtober 1965 sebesar Rp. 120.000, cincin, kaca mata, keris, dan tongkat komando. Lantaran dianjurkan petugas untuk tidak memotret kamar ini, saya pun menurutinya.
Foto Pahlawan Revolusi pada dinding ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani. Pada lantai berbatas tiang kayu berantai tertulis “DI SINILAH GUGURNJA PAHLAWAN REVOLUSI DJENDERAL TNI A. YANI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35″.
Letjen Ahmad Yani tewas dengan 8 luka tembak yang masuk dari bagian depan dan 2 luka tembak masuk dari bagian belakang. Jenazahnya kemudian dibawa ke Lubang Buaya.
Lukisan di ruang tamu Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, memperlihatkan saat Letjen Ahmad Yani menempeleng Mukidjan, komando pasukan penyerbu, saat marah karena tidak diperbolehkan untuk berganti pakaian.
Melihat situasinya, tampaknya Ahmad Yani tidak bermaksud berganti pakaian, namun mengambil senjata api, dan para penculiknya tidak mau mengambil resiko.
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani diresmikan pada 1 Oktober 1966 oleh Menpangad Mayjen Soeharto, sesaat setelah rumah beserta isinya diserahkan oleh Ibu A Yani dan putera-puterinya kepada negara.
Gedung yang dibangun pada 1930-an ini semula digunakan sebagai rumah pejabat maskapai swasta Belanda, dan sejak 1950-an dikelola oleh Dinas Perumahan Tentara, sebelum dihuni oleh Letjen Ahmad Yani.
Koleksi pribadi Ahmad Yani yang disimpan di ruang tunggu Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, diantaranya harimau, cindera mata, senjata, lambang-lambang, medali, gading gajah dan koleksi buku dalam rak dinding. Para tamu biasanya menunggu di ruang ini sebelum diterima Jenderal TNI A. Yani di ruang lain.
Letjen Ahmad Yani dikenal sangat dekat dengan Soekarno. Dua bulan sebelum tewas, Soekarno dikabarkan meminta Achmad Yani untuk menggantikan dirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator itu menurun. Pernyataan itu disampaikan Soekarno dalam rapat petinggi negara yang dihadiri antara lain oleh Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution.
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani adalah salah satu dari tiga museum yang dikelola oleh Dinas Sejarah Angkatan Darat. Dua museum lainnya adalah Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution, dan Museum Sasmitaloka PETA di Bogor.
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani
Jl Lembang D58, Menteng
Jakarta Pusat
Telp: 31901623
GPS: -6.20455, 106.83669 (lihat Peta)
Jakarta Pusat
Telp: 31901623
GPS: -6.20455, 106.83669 (lihat Peta)
Selasa s/d Minggu: 08.00 – 14.00
Tidak dipungut biaya, donasi ke penjaga secara sukarela.
Tidak dipungut biaya, donasi ke penjaga secara sukarela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar